Thursday, May 17, 2012

Batas Pemisah Antara Muslim dan Kafir

Sikap mudah mengkafirkan sesama muslim banyak berjangkit di kalangan umat. Paling menonjol ialah kecenderungan untuk mengkafirkan negarawan muslim karena tidak menerapkan hukum Islam sepenuhnya.

Gejala "takfir" acapkali muncul apabila berlaku persaingan bagi meraih sokongan kaum muslimin dalam perebutan kuasa pemerintahan. Kadangkala keadaan menjadi keterlaluan sehinggakan tertanam suatu paradigma yang salah, bahwa siapa saja yang tidak berani turut mengkafirkan pemerintah atau seseorang tokoh muslim yang mereka telah "takfir" itu, maka orang itu dikatakan sebagai bersubahat atau pencacai, atau lebih teruk daripada itu, turut dikafirkan.

Bahkan fitnah ini turut dijadikan (oleh Jamaah Takfir dari berbagai macam jenisnya) sebagai media untuk memberontak terhadap pemerintah kaum muslimin dan sebagai landasan untuk mengadakan rusuhan dan kekacauan di negara-negara kaum muslimin.

Keadaan sedemikian tidak mendatangkan kebaikan melainkan kepada musuh-musuh Allah yang sememangnya tidak pernah jemu mencari cara untuk memecahbelahkan umat Islam agar mudah mereka takluki. 
 WALLAHUL MUSTA'AN.

Betapa ngerinya fitnah ini, padahal Rasulullah SAW telah memperingatkan dengan sabdanya yang marfumnya:

“Jika seorang lelaki berkata kepada kawannya: Wahai orang kafir, maka sungguh perkataan itu mengenai salah satu dari keduanya. Bila yang disebut kafir itu memang kafir maka jatuhlah hukuman kafir itu kepadanya, namun bila tidak, hukuman kafir itu kembali kepada yang mengatakannya.” (HR. Ahmad dari shahabat Abdullah bin ‘Umar , dishahihkan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syakir dalam tahqiqnya terhadap Musnad Al-Imam Ahmad no. 2035, 5077, 5259, 5824).

Catitan sejarah menunjukkan bahawa fitnah kecenderungan mengkafirkan seorang muslim ini bermula dengan munculnya kelompok Khawarij. Mereka telah berani mengkafirkan Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan RA dan orang-orang yang bersamanya, mengkafirkan orang-orang yang memerangi ‘Ali bin Abi Thalib dalam perang Jamal dan Shiffin, kemudian mengkafirkan semua yang terlibat dalam peristiwa Tahkim (termasuk di dalamnya ‘Ali bin Abi Thalib), dan akhirnya mengkafirkan siapa saja yang tidak sealiran faham dengan mereka.

Dengan hikmah Allah Taala dan kasih sayangNya kepada kita, Dia menjadikan batas pemisah di antara kufur dan Islam sebagai satu garis yang jelas dan tidak ada perselisihan di atasnya supaya kita tidak terjerumus di dalam konflik kafir-mengkafir yang melelahkan. 

Batas pemisah itu ialah "Dua Kalimah Syahadah"... 


sesiapa yang mengucapkannya maka adalah dia dikatakan sebagai seorang Muslim.

No comments: